Rabu, 19 Desember 2018
Apresiasi satra puisi "Aku" Chairil Anwar"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang penyajiannya sangat mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna. Dengan puisi seorang penyair dapat mengungkapkan ekspresi perasaannya. Keindahan bahasa dan kepadatan makna yang dimiliki puisi terkadang membuat pembaca atau penikmat puisi mengalami kesulitan dalam memahami dan menangkap makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Untuk dapat memahami dan menangkap makna di dalam puisi, pembaca harus memiliki kepekaan batin dan daya kritis terhadap puisi tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami dan menangkap makna puisi pembaca perlu melakukan kajian atau analisis terhadap puisi tersebut. Dalam pengkajian puisi ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya dengan menggunakan pendekatan struktural.
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Sebuah karya sastra, puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro,2007:36). Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini puisi, dapat dilakukan dengan Dengan Mengurai Unsur Internal (Diksi, Imaji, Kata Kongret, Bahasa Piguratif) dan Eksternal Dalam Puisi (Tema, Rasa, Nada, Amanat). Dalam bab pembahasan makalah ini akan membahas tentang analisis struktural puisi Cinta Tanpa Tanda oleh Sudjiwo Tedjo
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini masalah yang dibahas yaitu:.
Bagaimana analisis struktural puisi Aku karya Chairil Anwar
1.3. Tujuan Pembahasan
Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk:.
Mengkaji puisi yang berjudul Aku karya Chairil Anwar dengan pendekatan struktural.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Teori Struktural
Strukturalisme berasal dari linguistik Ferdinan yang merupakan suatau cara berfikir tentang dunia yang secara khusus memperhatikan presepsi dan deskripsi tentang struktur, mengkaji fenomena mitos dan ritual untuk melihat tanda. Yang menjadi objek kajian teori strukturalisme adalah sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur berbagai hubungan unsur dalam teks sastra sehingga unsur- unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu. Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.
2.2. Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi
Pendekatan struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena kajian teori strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada kesempatan ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.
Penulisan puisi dengan berlandasan teori strukturalisme berarti dalam penulisan puisi memperhatikan unsur-unsur pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik puisi. Unsur ekstrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat, sedangkan unsur intrinsik puisi yaitu diksi, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritme, dan tata wajah atau tipografi. Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural yang pertama yaitu memahami unsur intrinsik puisi sebagai berikut:
Diksi (pemilihan kata).
Teori strukturalisme menganalisis diksi sebagai unsur intrinsik puisi, diksi adalah pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak gaul), aana (bahasa Arab), (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut dirinya sendiri merupakan proses pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri karena kata aku adalah menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan.
Pengimajinasian.
Teori strukturalisme menganalisis pengimajinasian sebagai unsur intrinsik puisi dimana pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan pengarang itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih.
Kata konkret
Teori strukturalisme menganalisis kata konkret sebagai unsur intrinsik puisi. Kata konkret digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di konkretkan atau diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang.
Bahasa figurative
Teori struktural menganalisis bahasa figuratif sebagai unsur intrinsik puisi. Bahasa figuratif disebut juga majas, majas adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas mngiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain.
Rima/ritme
Teori struktural menganalisis rima/ritme sebagai unsur intrinsic puisi. rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanya pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi
Tata wajah (tipografi)
Teori struktural menganalisis tipografi sebagai unsur intrinsik puisi. tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan bait.
Cara menulis puisi dengan berlandasan teori strukturalisme yang kedua yaitu memahami unsur ekstrinsik puisi, adalah sebagai berikut:
Tema
Teori strukturalisme menganalisis tema sebagai unsur ekstrinsik puisi. tema puisi merupakan gagasan utama pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung tidak selalu sama dan besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu, tema puisi yang digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) menyatakan bahwa tema puisi diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi pancasila, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial.
Tema ketuhanan
Tema ketuhanan adalah menggambarkab pengalaman batin, keyakinan, sikap pengarang terhadap tuhan.
Tema kemanusiaan
Puisi dengan tema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
Tema patriotism
Puisi dengan tema patriotisme/kebangsaan adalah melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.
Tema kedaulatan rakyat
Puisi dengan tema kedaulatan rakyat biasanya mengungkapkan penindasan dan kesewenag-wenangannya terhadap rakyat.
Tema keadilan social
Puisi bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial.
Perasaan
Teori strukturalisme menganalisis perasaan sebagai unsur ekstrinsik puisi. perasaan merupakan unsur ekstrinsik puisi yang paling mewakili perasaan pengarang, ekspresi dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau sang Khalik.
Nada dan suasana
Teori strukturalisme menganalisis nada dan suasana sebagai unsur ekstrinsik puisi. dalam menulis puisi, pengarang mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap pengarang terhadap pembaca di sebut nada puisi sedangkan suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
Amanat
Teori struktural menganalisis amanat sebagai unsur ekstrinsik puisi. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang melalui penulisan puisi. amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Analisis puisi yang berjudul Aku karya Chairil Anwar dengan Pendekatan Struktural
Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Analisis struktural meliputi, struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik (surface structure) terdiri dari perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima dan irama. Sedangkan struktur batin (deep structure) terdiri dari tema (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat (intention).
AKU
Chairil Anwar
Maret 1943
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
3.2. Struktur fisik (surface structure)
Perwajahan puisi (tipografi)
Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris-baris dalam puisi. Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu. Selain itu, tipografi juga berperan untuk menunjukan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Puisi Aku karya Chairil Anwar memiliki tipografi tidak konsisten, dalam satu bait dari puisi aku terdapat bermacam-macam yaitu 3, 1, 2, 2, 2,1,3.
Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Untuk ketepatan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat, diubah kata-katanya. Seperti pada baris kedua: bait pertama ku mau tak seorang kan merayu merupakan pengganti dari kata ku tahu. Baris pertama kalau sampai waktuku dapat berarti kalau aku mati, tak perlu sedu sedan dapat berari berarti tak adagunanya kesedihan itu. Tidak juga kau dapatberarti tidak juga engkau anakku,istriku, atau kekasihku.
Imaji
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Puisi Aku memilikibeberapa sajak pengimajian, diantaranya; ku mau tak seorang kan merayu (imaji pendengaran), tak perlu sedu sadan itu (imaji pendengaran) biar peluru menembus kulitku (imaji rasa), hingga hilang pedih perih (imaji rasa).
Kata konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret Bintang jalang" melambangkan Manusia yang bertindak seperti binatang., sedangkan kata kongkret Meradang menerjang dapat melambangkan tidak peduli.
Gaya bahasa.
Gaya bahasa, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, epifora, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
Puisi Aku pada kalimat aku tetap meradang menerjang merupakan
majas hiperbola, dan aku ini binatang jalang merupakan majas metafora.
Rima dan irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya. Puisi ini memiliki rima yang tidak konsisten. sedangkan irama yang digunakan menggunakan irama yang menunjukkan suasana hati seorang penyair yang patah hati diakibatkan karena menyimpan sebuah rasa cinta kepada seseorang yang tidak di hargai.
3.3. Struktur batin (deep structure)
Tema (sense)
Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Tema pada puisi Aku karyaChairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu pnjajahan, dan semangt hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun bnyak rintangan yang dihadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah Aku yang mencari tujuan hidup.
Rasa (feeling)
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pada puisi Aku karya Chairil Awar merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa jika sampai waktunya, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai aku. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair.
Nada (tone)
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Pada puisi Aku penulis menggabarkan nada-nada yang berwibawa, tegas, lugas, dan jelas dalam penyampaian puisi. Banyak bait-bait puisi tersebut mengandug kat perjuangan. Dan menggunakan nada yang syahdu di bait yang terkesan sedikit sedih.
Amanat (intention)
Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk mencipt
Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadng.
Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja.
Manusia harus mempunyai semangat untuk menuju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Puisi adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah dianalisis. Akan tetapi, tidak semua analisis sama baiknya. Analisis yang tidak benar akan menghasilkan kumpulan fragmen atau koleksi fragmen. Unsur koleksi bukanlah bagian struktur yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam analisis haruslah dilihat hubungan antar bagiannya, mengingat unsure dalam struktur adalah unsur yang fungsional. Sampai sekarang dikenal analisis dikotomis bentuk dan isi karya sastra. Analisis bentuk dan isi itu tidak menggambar kan wujud puisi yang sebenar nya karena bentuk dan isi puisi itu tidak dapat dipisah kan secara mutlak.
Puisi Chairil Anwar yang berjudul Aku dapat disimpulkan bahwa, puisi ini mengandung unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yaitu yang mengurai unsur internal berupa (Diksi, Imaji, Kata Kongret, Bahasa Piguratif) dan unsur Eksternal yang berupa (Tema, Rasa, Nada, Amanat), yang sangat kuat sehingga cocok dikaji dengan pendekatan structural yang mengkaji mengenai analisis struktur cerita, gaya bahasa, gaya bahasa teknik penceritaan dan sebagainya. Pendekatan struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi, citraan, bahasa kias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai dan bunyi, persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan pengarang dalam menulis puisinya.sss
4.2. Saran
Di harapkan dengan adanya analisis puisi dengan pendekatan struktural dapat memudahkan pembaca untuk memahami cara menganalisis suatu karya satra sebagai salah satu acuan untuk belajar dengan cara dapat mengapresiasikan suatu karya sastra.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar